Di tengah berlimpah informasi
dengan efek samping sampah-sampah informasi, mengetahui ilmu jurnalistik juga
memungkinkan untuk menyelesaikan informasi yang layak diterima, agar dapat
menghasilkan informasi yang dapat diterima oleh orang lain.
Secara etimologi (kebahasaan),
jurnalistik berasal dari kata jurnal dan istik. Jurnal berati
catatan harian dan tambahan istik berarti seni atau teknik. Sehingga
jurnalistik secara sederhana bisa diartikan sebagai seni atau teknik membuat
catatan harian.
Perkembangan jurnalistik di
Indonesia telah dimulai sejak masa penjajahan Belanda. Berita-berita awal mulai
masuk pada abad ke-17. Informasi atau berita dari Eropa ke Batavia (Jakarta)
direproduksi di kantor Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen dengan cara
ditulis tangan, kemudian dikirimkan ke Ambon dengan nama Memorie der
Nouvelles (1615).
Jurnalis Yang Baik
Jurnalis menjadi orang
yang pertama banyak tahu tentang hal. Orang yang tahu banyak baik saat
berbicara tentang ekonomi, politik, hukum, atau soal apapun juga. Untuk menjadi
seperti ini harus banyak membaca dan berdiskusi dengan orang dari beberapa
latar belakang.
Seorang jurnalis memiliki
pengetahuan luas tentang berbagai topik, karena setiap hari mewawancarai
narasumber, membaca topik, dan menulis tentang isu yang berbeda. Sedikit
pengetahuan tentang berbagai topik setidaknya dibutuhkan oleh jurnalis agar
bisa ‘menyambung’, baik saat mencari data (wawancara) maupun ketika menulis
berita.
Setiap profesi memiliki kode etik
masing-masing begitu juga sebagai jurnalis memiliki kode etik jurnalis. Hal ini bukan hanya aturan, tetapi pola pikir
dan pola tindak wartawan dalam tataran ideal. Selain kode etik tersebut, setiap
media besar mempunyai panduan etik wartawannya sendiri. Hal ini penting untuk
menjaga agar kinerja media senantiasa sejalan dengan prinsip utamanya, yakni
menyampaikan kebenaran.
Proses Pemberitaan
Proses Jurnalistik tidak
berjalan dalam satu ruang kosong, ada beberapa faktor yang memengaruhi proses
tersebut, salah satunya adalah ideologi sang jurnalis. Proses jurnalistik diawali oleh peristiwa,
baik yang berupa aktivitas maupun pikiran. Berikut proses dari pembuatan berita
hingga sampai ke pembaca, yaitu:
1. Reporter (jurnalis lapangan)
menggunakan metode jurnalistik untuk mengumpulkan informasi mengenai peristiwa
tersebut dan menyusun menjadi sebuah draf berita.
2. Editor kemudian mengolah atau
mengedit draf berita tersebut dan memilah atau menyesuaikan isi berita dengan
ideologi media, gaya bahasa media, serta faktor kepentingan lainnya.
3. Penyiar kemudian berita yang
sudah jadi didistribusikan. Berdasarkan bentuk medianya, ada beberapa jenis
penyiar, yaitu penyiar secara visual (cetak), audio (penyiar radio), dan
audio-visual (penyiar telivisi).
4. Pembaca kemudian menerima berita
tersebut. Pembaca yang baik akan menggunakan sejumlah analisis semiotika untuk
menilai kualitas berita yang diterima. Jika beritanya tidak berkualitas, maka
tidak akan dikonsumsi atau dibagi kepada pembaca. Jika berita palsu, ia bisa
melaporkan lembaga pers atau media dan jurnalis yang memproduksi atau
mengirimkan berita tersebut.
Penulis: Yulia Rosa Purba
Komentar
Posting Komentar