Ilustrasi anak rantau. (Foto: Pexels.com) |
Banyak sekali faktor yang mendorong orang-orang pergi dari tempat asal atau kelahiran menuju tempat lain, guna menjalani kehidupan baru maupun untuk sekedar mencari pengalaman hidup atau pekerjaan. Dengan menrantau pula dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, belajar hal-hal baru di tanah rantau dan juga bisa merawat diri sendiri.
Banyak momen yang dirindukan saat sedang merantau. Namun, sebagai anak rantau yang sedang mengadu nasib di kota seberang harus kuat dan pantang menyerah. Menyelesaikan target tujuan di rantau agar dapat kembali ke kampung halaman dan mendapatkan apa yang diinginkan selama ini.
Menjadi seorang pemudi yang sedang menuntut ilmu di kota orang, kamu melanjutkan pendidikan di UIN Surakarta yang terletak di Kota Solo. Kamu memberanikan diri unruk pergi jauh dari kampung halamanmu, butuh waktu sekitar 5 jam bagimu agar sampai di kota itu.
Nisa seorang anak perempuan dari empat bersaudara dan sekaligus menjadi anak pertama yang mewarnai kehidupan keluarga kecil. Memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di sana agar mendapatlan apa yang kamu inginkan selama ini. Kelak, akan membahagiakan ibu dan ayahmu dengan belajar sekuat tenaga untuk membalas semua perjuangan kedua orang tuamu tercinta.
Menjalani kehidupan di tanah rantau tanpa orang tua dan sanak saudara di sekitarmu merupakan salah satu hal yang berat. Sampai di titik ini ingin sekali balik ke kampung halaman, namun apa daya tidak bisa kembali begitu saja. Saat dalam keadaan sendiri, berada di ruang yang sepi melamun meratapi banyak kerinduan yang tak terbendung sampai saat ini belum bisa terobati.
"Rumah yang memiliki sejuta kenangan itu amat aku rindu di mana selalu mendengarkan ayah sang motivator nomor satu yang selalu menggebu bahwa aku bisa lebih baik dari kedua orang tua. Sebuah pertengkaran kecil bersama adik pula yang seirng terjadi saat bertemu tetapi, mereka yang paling mengerti." Begitu tuturmu yang menyimpan segudang kerinduan.
Kamu menjalani hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan pun berganti, sebagai anak rantau sudah terbiasa dengan kesendirian dan kesepian tanpa mnelihat langsung wajah dan senyuman dari kedua orang tuamu.
"Kali ini pertemuan bukan untuk penghilang rindu, walaupun lebaran tanpa keluarga. Tetapi, doa sehat dan bahagia untuk kalian dan mendapatkan nilai yang diharapkan membuat jalian tersenyum merekah. Meminta didoakan dari kedua orang tua menjadi sesuatu kekuatan yang ada pada tiap sujud kalian." Itu yang selalu Nisa katakan.
Kamu tersenyum, tipis dengan tatapan lekat, setelah itu kamu menuturkan dengan bernada lembut."Tidak mengapa bersedih-sedih dahulu demi masa depan yang lebih baik. Kita menggunakan telepon dengan s ebaik-baiknya. Jika rindu vc, zoom, memberikan kabar sama keluarga di kampung. Harus selalu semangat!"
Jauh dari orang tua, sahabat karib, suasana yang masih asri dan indah bukan hal yang mudah dilakukan. Temannya sering beranggapan "Enak yah jauh dari orang tua bisa bebas mau main sampe larut malam pun tidak ada yang melarang". Anggapan yang salah besr, Jauh dengan orang tua lebih berat bagimu.
"Orang tua tau bahwa sangat berat melepaskan anak pergi di tanah orang. Hanya orang tua yang hebat mampu merelakan anaknya pergi jauh meninggalkannya, dan orang-orang yang kuatlah mampu menjelejah kota orang,"Ujar ibumu sebelum kamu pergi ke tanah rantau
kamu sangat semangat menuntut ilmu di rantau, jauh dari orang tua tidak membuatmu patah semangat. Setumpuk rindu tidak menjadi penghalang meraih impianmu, bahkan itu menjadi dorongan agar semakin giat dan mencapai impian dengan hasil yang amat memuaskan. Itu sebabnya kamu tidak mengeluh walau jauh dan tinggal di kota orang. "Jika bukan semangat pemuda yang membara untuk meraih masa depan, siapa lagi?" katamu.
"Merantau lah !" pesanmu.
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman tinggalkan dan hiduplah di rantau. Namun, temanmu banyak yang tidak merantau. Melanjutkan pendidikan di kampung sendiri, hal itu tidak masalah yang terpenting niat menuntut ilmu sebagai bekal di masa depan kelak.
Tulisan ini telah di muat di Kumparan.com
Maa syaa Allahh
BalasHapusNgena bangett tulisannya. Huh pinter baget penulisnya ini mahh gue si ga ragu lagi🙉🐱
sipaling rinduuu
BalasHapus