Wanita tangguh mengajar di daerah pelosok. Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera |
Dua puluh tahun tinggal di Dolok Sanggul, sumatera Utara, wanita itu bernama Habsyah yang mempunyai semangat besar. Perjuangan sebagai guru yang mengajar di sekolah kawasan pelosok memang bukan suatu hal mudah. Berbagai cara terpaksa harus dijalani demi mencerdaskan anak bangsa.
Sebuah sekolah yang minim mendapatkan sentuhan pembangunan, listrik terbatas, sinyal telepon sulit, bahkan jalan berbatu. Meskipun demikian, pendidikan menjadi prioritas bagi siapa pun yang masuk ke dalamnya, meski harus mengulum kisah getir di setiap pagi.
Mengingat jarak yang kamu tempuh tidak kurang dari 1 jam perjalanan sepeda motor. Jalanan sepi di tambah kabut yang tebal selalu di jalani sendiri tiap harinya. Tidak pernah terbayang sebelumnya, jika mengabdi di daerah pelosok. Namun, nasiblah membawa kamu kesana.
Wanita yang bernama Habsyah itu seorang ibu dari dua anak bersaudara. Tiap paginya selalu menyiapkan sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Berat sekali kamu jalani setiap harinya, banyak beban tersimpan di bahunya tetapi tidak memperlihatkan itu sama sekali.
Jika musim hujan, kamu sempat beberapa kali tidak sekolah, karena akses jalan sangat tidak layak untuk dilewati. Dalam kondisi seperti itu hanya memberi tugas pada siswa. Bahkan, jika saat sekolah hujan, untuk pulang menunggu hujan reda.
Di awal terasa berat untuk menjalani semua ini, tetapi untuk menjadi seorang guru, kamu tidak dapat memilih tempat di mana mau mengajar. Sebab, seluruh daerah sangat membutuhkan pendidikan, dengan pendidikan merata di perlukan untuk membangun bangsa ini.
Awalnya kamu melihat sudut demi sudut sekolah itu. Ruangan sekolah banyak rusak. Loteng yang terbuat dari kayu sudah mulai lepas dan berlubang. Bahkan toilet yang tidak layak pakai dengan bau menyengat. Dari enam ruangan banyak, hanya dua ruangan yang masih bagus dan layak di pakai. Selebihnya kerusak di mana-mana.
Memotret kondisi sekolah untuk bahan yang akan kamu ceritakan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan terhadap kondisi sekolah agar ada bukti nyata agar ada perbaikan. Berharap, ada perhatian serius dari pemerintah terhadap kondisi sekolah yang kurang layak di pakai. Kebetulan
“Aku sih berharap ada perhatian lebih, meskipun muridnya sedikit, tetapi ini sangat berati untuk mengenyam pendidikan,” kata Habsyah.
Namun, hal itu tidak menghambat siswa untuk belajar. Walau, hujan deras siswa tetap bersemangat melangkahkan kakinya untuk menempuh pendidikan. Melihat semangat dan kegigihan dari guru dan siswa ini membuat hati pemerintah mulai memperbaiki akses jalan, jaringan maupun perbaikan sekolah sudah mulai terlihat sangat baik.
Tulisan ini telah dimuat di Kumparan.com.
Komentar
Posting Komentar