Ilustrasi anak autistik. (Foto : Pexels.com) |
Siswa dengan autisme memiliki kelainan saraf yang menyebabkan gangguan perilaku kesulitan dalam komunikasi, interaksi sosial, serta fleksibilitas berpikir dan berperilaku. Namun, tingkat pengaruhnya berbeda dari satu siswa ke siswa lainnya. Selain itu, mereka juga banyak mengalami ganguan sensori dan kecemasan. Kesulitan ini mempengaruhi kemampuan siswa dalam memproses berbagai hal, cara belajar, dan tingkat dukungan yang dibutuhkan.
Ketika mengajar siswa dengan autisme, harus ingataa bahwa kesulitan berkomunikasi akan sangat memengaruhi kemampuannya mengikuti pelajaran di kelas. Siswa autistik akan merasa dimengerti dan bisa mengikuti pelajaran dengan pemahaman bahwa staf sekolah menyadari kondisi mereka dan dampaknya terhadapat kemampuan belajar mereka.
Individu dengan autisme memiliki karakter, minat, keunggulan, dan kebutuhannya masing-masing;kondisi mereka tidak menentukan identitas mereka. Ada beberapa hal yang harus di ingat saat menghadapi siswa autisme, yaitu:
1. Menciptakan kelas inklusif
Dengan menelaah sikap kita terhadap inklusi, kita dapat memastikan tidak ada lagi hambatan dalam pembelajaran, serta bahwa pengajaran yang tepat dan dukungan yang sesuai telah diberikan, sehingga semua siswa menjadi bagian dalam penerapan kurikulum dan kehidupan sekolah.
2. Pendekatan ke seluruh sekolah
Pendekatan ke seluruh sekolah melibatkan semua orang, serta seluruh bidang di sekolah. Pastikan agar pesan positif tercermin dalam bentuk dukungan di lapamgan sekolah dan kanting, serta tersedianya tempat perlindungan.
3. Sebut nama terlebih dahulu
Siswa autisme mungkin tidak menyadari ketika dirinya sedang diajak berbicara. Penyebutan nama sebelum percakapan atau penyampaian materu dimulai akan memperbesar peluang untuk memperhatikan apa yang dibicarakan.
4. Waktu berpikir
Gunakan waktu berpikir sebagai strategi untuk kelas. Semua siswa diberikan waktu lima sampai sepuluh detik untuk memikirkan jawaban mereka sebelum mengemukakannya strategi ini akan menghasilkan jawaban-jawaban yang lebih matang dan kritis dari semua anak.
5. Sederhanakan
Proses belajar dengan cara menyederhanakan bahasa dan menggunakan alat bantu ajar visual, simbol, atau poin-poin untuk menekankan elemen kunci dari pelajaran untuk ditampilkan dipapan tulis , atau diberikan modul berisi poin-poin utama kepada siswa. Ini akan membantunya mengejar ketertinggalan akibat kesulitan memproses bahasa.
6. Berbicara secara harfiah
Kalimat harfiah jelas, tidak ambigu, dan mudah dipahami. Sebaliknya kalimat figuran terkadang membutuhkan penafsiran, dan siswa dengan autisme mungkin akan mengalami kesulitan untuk memahami makna. Dengan perlunya mempelajari bahaa figuran. Dalam beberapa pelajaran mengenai idiom, bahasa gaul, atau lelucon. Jika bahasa seperti itu muncul, ditekankan menggunakan bahasa figuran
7. Konsisten adalah kuncinya
Konsisten di dalam kelas akan sangat membantu siswa dengan autisme merasa aman.
8. Perhatian
Dengan mengarahkan perhatian siswa ke apapn tulis secara berkala agar mereka tahu apa yang sedang di bahas.
9. Pilih yang terpenting
Mempertimbangkan: apakah ini perlu? Apakah memaksakannya hanya memperburuk situasi?
10. Alat bantu ajar visual
Dengan menggunakan alat bantu ajar visual di kelas dapat membantu siswa memahami apa yang harus dilakukan dan diharapkan.
11. Sumber daya manusia
Meminta semua guru pendamping membuat catatan harian singkat untuk hal-hal penting. Memeriksa catatan secara berkala sehingga catatan bisa menjadi referensi cepat saat ada keluhan atau ketika dibutuhkan dalam rapat, serta bisa digunakan menganalisis pola perilaku.
12. Kerja sama dengan orang tua
Orang tua memiliki pendapat sendiri mengenai cara terbaik utuk mendukung anak mereka.Masukan dari orang tua, khususnya ketika anak menajlani transisi dari satu sekolah ke sekolah lain atau dari sekolah ke perguruan timggi, sangatlah vital.
13. Jangan dibawa perasaan
Siswa autisme mungkin kesulitan memahami interaksi sosial yang pantas, dan bisa menganggap kerumitan bersosialisasi serta perilaku sopan sulit dimengerti. Karena, tidak mampu menyaring hal-hal yang tidak pantas, ia bisa berkata atau bertindak sengan cara yang dianggap kasar atau pemicu kemarahan.
Beberapa anak memiliki lebih dari satu diagnosis, sehingga mencari cara terbaik untuk mendukung mereka agak sulit. Umumnya, autisme atau gangguan perkembangan lainnya sudah terdeteksi sejak dini, tetapi mungkin tidak selalu demikian.
Jika beberapa tips ini diterapkan secara berkala selama bersekolah, segala sesuatu akan lebih mudah, dan siswa mendapat berbagai hal sesuai kemampuan masing-masing. Sekolah sangat berpangaruh dalam perkembangan anak untuk menjadi lebih baik.
Tulisan ini telah dimuat di erlangga.co.id.
🤎🤎
BalasHapus